-->

Hendak Kemana Partai Golkar ?????


Masalah yang kini mencuat di permukaan adalah Partai Golkar. Partai Golkar kini mengajukan sosok Jusuf Kalla, yang notabenenya merupakan seorang Wakil Presiden RI, untuk menjadi seorang capres RI.

Memang, di awal sebelum pileg, JK dicalonkan untuk menjadi capres dari Partai Golkar. Namun, mengingat suara yang didulang oleh Partai Golkar jauh dari yang diharapkan, wacana pengajuan JK sebagai capres pun sempat tertunda. Akhirnya, muncullah wacana untuk mengajukan JK sebagai cawapres kembali untuk mendampingi SBY dan duduk sebagai incumbent.

Rabu 22 April 2009, Partai Golkar memutuskan untuk menghentikan koalisi dengan Partai Demokrat dan bersiap menjadi oposisi. Sebuah langkah yang cukup berani untuk membuat suatu variasi baru dalam penentuan roda pemerintahan RI. Keputusan ini kemudian diperkuat dengan Rapimnasus Partai Golkar yang diadakan sehari sesudahnya untuk merundingkan kemana arah Partai Golkar selanjutnya. Keputusan telah diambil, layaknya palu yang sudah diketuk tiga kali di persidangan. JK kini maju sebagai capres. Wacana yang tadinya telah menguncup, kini mekar kembali. Warna-warni pilpres bisa terasa dari sekarang.

Jika memang Golkar tidak menemui titik tengah dengan PDI-P dan memutuskan untuk tidak berkoalisi dengan moncong putih ini, sebenarnya agak sulit bagi Golkar untuk mengusung JK sebagai capres. Disamping karena masalah suara Golkar yang tidak cukup untuk mengusung seorang capres sesuai dengan aturan main yang berlaku, nampaknya elektabilitas sosok yang diusung pun masih minim jika melihat hasil dari beberapa lembaga survei. Oleh sebab itu, mau tidak mau, Golkar memang harus berkoalisi untuk mencapai 25 persen suara nasional atau 20 persen kursi DPR serta mencari sosok yang bisa membangkitkan elektabilitas pasangan yang nantinya akan diajukan.

Model pertama yang mungkin adalah Golkar berkoalisi dengan Hanura dan beberapa partai kecil lainnya sehingga perolehan suara nasionalnya bisa menembus angka 25 persen suara nasional. Dengan dua figur penting, yaitu JK dan Wiranto, koalisi ini bisa dibilang cukup menjanjikan.

Model kedua, adalah Golkar bersatu dengan beberapa partai kecil lainnya yang setuju untuk mengusung JK sebagai capres. Model seperti ini sebenarnya tidak cukup menjanjikan bagi Golkar. Hal ini disebabkan karena minimnya figur-figur politik yang muncul serta ketidakpastian dalam mengusung cawapres nantinya.

Itulah beberapa arah yang mungkin bagi Golkar jika memang ingin mengajukan seorang capres. Meskipun sebenarnya, berkoalisi dengan PDI-P untuk bersatu menjadi oposisi adalah sebuah opsi yang terbaik jika memang ingin mengalahkan “musuhnya”, mengingat kini sang incumbent telah menjadi “musuh” bersama dua partai besar.

Facebook Comments

0 komentar